Paskibraka yang selalu bertugas sebagai pengibar bendera pusaka telah menjadi icon dalam upacara HUT RI, sepanjang pengetahuan kita, tak banyak yang tahu latar belakang ataupun orang pertama yang mengibarkan bendera tanggal 17 Agustus 1945.
Tanggal 17 Agustus pagi, disebuah televisi swasta, diwawancarai seorang pejuang yang merupakan pengibar bendera pusaka pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan tutur kata yang lugas dan jelas beliau menceritakan bagaimana suasana saat pengibaran bendera di waktu Indonesia pertama kalinya memproklamasikan kemerdekaannya itu.
Ilyas Karim menceritakan situasi saat pengibaran bendera yang amat tenang. Orang-orang bertepuk tangan dan meneriakkan kata merdeka usai penaikkan bendera. Kemudian momen yang ditunggu tiba, pembacaan naskah Proklamasi oleh Soekarno. "Saat itu Jepang sudah mondar-mandir di Lapangan Banteng. Tapi dikawal tentara PETA tidak boleh masuk," ucap Ilyas menggambarkan keadaan.
Ilyas Karim waktu itu bertugas sebagai pelepas Bendera (Pengerek) tepat di sebelah Fatmawati, sementara sang pengerek bendera adalah Sudanco Singgih dan Latief Hadiningrat sebagai pemegang Bendera Pusaka.
Ilyas menyatakan kebanggaannya didaulat sebagai tim pengibar Sang Saka Merah Putih. Apalagi saat itu usianya masih 17 tahun. Sebenarnya tugas serupa setiap tahunnya dia lakukan ketika bersekolah di Tarbiyah, Banten. Namun alih-alih bendera RI, dia justru mengibarkan bendera Belanda untuk memperingati ulang tahun Ratu Yuliana.
Terlepas dari perannya di hari bersejarah itu, Ilyas menyayangkan sikap pemerintah. Hingga saat ini, pemerintah belum pernah memberikan penghargaan terhadap pejuang berusia 81 tahun ini. Namun ia tidak mempermasalahkannya. Ilyas hanya berharap generasi penerus betul-betul meneruskan yang telah dirintis para pejuang. "Laksanakan pemerintahan secara jujur, jangan sampai korupsi," tutur dia
Update: 14 Pebruari 2012..
Sebuah penelitian mengunkapkan bahwa bapak Ilyas karim bukanlah pengibar pertama. berikut isi dari artikel terkailt yang brigadista copas langsung dari kompas.com
KOMPAS.com — Ilyas Karim mendadak tenar. Pria kelahiran Padang, Sumatera Barat, 13 Desember 1927, ini diwartakan media sebagai sosok pejuang yang terabaikan. Ilyas mengaku sebagai lelaki bercelana pendek pada foto pengibaran Sang Saka Merah Putih pertama kali, 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan, Jakarta.
Ilyas yang kini tinggal di tepi rel di derah Kalibata ini dihadiahi sebuah apartemen di Kalibata oleh Wakil Gubernur DKI Priyanto, beberapa waktu lalu. "Ya, sayalah orang bercelana pendek yang ikut mengibarkan bendera Merah Putih. Hanya saya yang masih hidup," kata Ilyas dalam sebuah kesempatan.
Ilyas Karim tak pernah tercatat dalam sejarah.
-- Fadli Zon
Fadli Zon, seorang politisi sekaligus sejarawan muda, menyangkal pernyataan Ilyas. Seperti dilansir Tribunnews, Rabu (24/8/2011), Fadli membeberkan sejumlah fakta menegasi pernyataan Ilyas.
"Saya punya buktinya. Buku-buku sejarah yang saya miliki mengungkap, pria bercelana pendek itu bernama Suhud," kata Fadli.
Di perpustakaan pribadinya, Fadli menyimpan buku-buku kuno, juga barang-barang kuno, termasuk buku yang menjelaskan siapa pria bercelana pendek yang mengibarkan Sang Saka Merah Putih saat detik-detik Proklamasi yang dibacakan oleh Bung Karno.
"Ini demi pelurusan sejarah. Kasihan kalau sejarah sampai dibelokkan. Makanya, saya siap debat Ilyas Karim. Dia bukan pengerek bendera, melainkan Suhud. Fakta sejarahnya ada dalam buku-buku yang saya simpan," katanya.
Fadli kemudian berujar, dia belum menemukan keterkaitan sejarah Ilyas Karim dalam peristiwa kemerdekaan yang sempat tercatat dalam buku-buku sejarah.
"Tapi, jangan mengaku dia pengibar bendera Sang Saka. Dia itu ngaku-ngaku belakangan. Kasihan bangsa ini kalau sejarahnya dibelokkan," ujarnya.
Ia mengaku kaget melihat Ilyas Karim di televisi dan sejumlah media mengklaim diri sebagai pelaku sejarah, pengerek Sang Saka Merah Putih.
"Saya siap buktikan bukan dia. Yang bercelana pendek itu, namanya Suhud, salah seorang anggota Barisan Pelopor yang diminta Bung Karno mengibarkan bendera Merah Putih," ungkap Fadli.
Suhud, lanjutnya, adalah anak buah Sudiro, salah seorang asisten Bung Karno. Suhud-lah yang mencari bambu ketika itu untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih.
"Ilyas Karim tak pernah tercatat dalam sejarah. Bisa saja dia ada dalam barisan saat pengibaran bendera. Bisa saja, tapi bukan pengibar bendera," Fadli menegaskan.
Fadli mengambil majalah Tempo tahun 1975 tertanggal 16 Agustus. Majalah tua itu terlihat masih terawat. Ia kemudian membuka salah satu halaman yang memuat wawancara para pelaku sejarah. "Dalam majalah itu, yang mengibarkan Suhud. Jadi, yang tahu sejarah pasti marah," ujarnya.
"SK Trimurti pada tahun 1972 menulis, Suhud adalah komandan pengawal Bung Karno, ketika itu sibuk mengatur persiapan kemerdekaan," tutur Fadli lagi.
Bersikukuh
Menanggapi pernyataan Fadli, Ilyas Karim tetap bersikukuh sebagai lelaki bercelana pendek itu. Ilyas tetap menyatakan, dirinyalah yang bercelana pendek, salah seorang yang diberi mandat oleh Bung Karno sebagai pengibar Sang Saka Merah Putih.
Ilyas pun tetap kukuh, dirinyalah yang dimaksud dalam foto itu. "Setelah saya mengakui, kini banyak yang mempertanyakan," katanya dalam perbincangan telepon dengan Tribunnews.
Jadi, siapakah lelaki muda bercelana pendek yang mengerek Sang Saka Merah Putih saat pertama kali Bung Karno membacakan teks proklamasi? Fadli kembali meyakinkan, bukan Ilyas Karim.
Urutan Juara Glopasko Geger 2014 Tingkat SMP
-
Berikut daftar PEMENANG Gelar Lomba Pelajar Antar Sekolah ( Glopasko )
*Gerak Generasi * SMK NEGERI 1 Cikarang Barat
Tingkat SMP Sederajat
JUARA UMUM : SMPN...
0 comments:
Post a Comment
Silahkan komentar Anda!
maaf! komentar bernada SPAM, dan Sara akan Dihapus.
terima kasih.